Pemenuhan kebutuhan cairan dalam tubuh sangat penting dan menjadi kebutuhan dasar manusia. Kehilangan cairan tubuh berdampak pada fungsi fisiologis yang dapat beresiko mengalami syok dan jika tidak segera ditangani dapat berakibat kematian.

Seseorang bisa mengalami kekurangan cairan karena dampak dari suatu penyakit salah satunya akibat dari diare yang tentunya sangat banyak diderita oleh anak-anak. Diare terjadi karena adanya invasi bakteri pada mukusa usus yang dapat menyebabkan peradangan.



Bakteri masuk usus dapat menyebabkan peradangan dan menganggu motilitas usus, menyebabkan berak cair >3 kali dalam sehari dengan konsistensi encer. Pengeluaran cairan yang berlebihan akan menyebabkan dehidrasi. Seorang anak dikatakan mengalami diare memiliki tanda gejala berak cair >3 kali /hari dengan konsistensi encer, turgor kulit jelek (kembali lambat/sangat lambat), mata cekung, membran mukosa kering, dan kemerahan pada perianal.

Diare sangat identik dengan masalah kekurangan volume cairan pada pasien, sehingga perlu dilakukan intervensi resusitasi cairan segera mungkin untuk menghindari masalah yang lebih serius (syok), namun sebelum melakukan tindakan pemberian resusitasi cairan ada baiknya tenaga kesehatan wajib mengkaji atau mengidentifikasi kebutuhan cairan anak tersebut.

Rumus penghitungan cairan pada anak

  1. Jika BB anak ≤10 rumus yang digunakan: 100 cc/kg/BB/hari
  2. Jika BB anak 10-20 kg maka rumus yang digunakan: 1000 cc + 50 cc (BB-10)/Kg/BB/hari
  3. Jika BB anak >20 kg maka rumus yang digunakan: 1500 cc + 20 cc (BB-20)/Kg/BB/hari

Contoh: jika anak dengan BB 19 kg maka kebutuhan cairan anak tersebut adalah

Perhatikan rumus diatas, gunakan rumus ke-2 maka jawabannya adalah 1000 + 50 cc (19-10)  jadi 1000 + 450 = 1450 cc/hari. Mengkaji kebutuhan cairan anak sangat penting untuk dilakukan sehingga dapat diketahui kebutuhan cairan sesuai kebutuhan yang dibutuhkan oleh anak/pasien.


Referensi:

  • Buku siNERSI AIPNI