Diabetes melitus masih menjadi masalah kesehatan paling banyak diderita oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini, bahkan Indonesia masuk 10 Negara dengan jumlah penderita Diabetes tertinggi di dunia dengan total penderita 10,7 juta pada tahun 2019.

Diabetes melitus tidak hanya menyebabkan kematian prematur di seluruh dunia, namun juga merupakan penyebab utama kebutaan, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Diabetes adalah penyakit kronis yang menyebabkan gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal. Kenaikan kadar gula darah tersebut menjadi dasar pengelompokkan jenis Diabetes Melitus.



Secara umum diabetes melitus (DM) terbagi menjadi DM tipe 1, DM tipe 2 dan DM gestasional (kenaikan kadar gula darah selama masa kehamilan).

DM Tipe 1

Diabetes yang disebabkan kenaikan kadar gula darah karena kerusakan sel beta pankreas sehingga produksi insulin tidak ada sama sekali. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas untuk mencerna gula dalam darah. Penderita DM tipe 1 membutuhkan asupan insulin dari luat tubuhnya.

Perhatikan gambar dibawah ini untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya DM tipe 1.

Sumber: Infodatin

DM Tipe 2

Diabetes yang disebabkan kenaikan gula darah karena penurunan sekresi insulin yang rendah oleh kelenjar pankreas. DM tipe 2 dianggap sebagai non insulin dependent diabetes melitus karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas.

DM tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu meresepon insulin secara nomrmal (resistensi insulin). Perhatikan gambar dibawah ini

Sumber: Infodatin

Penegakan diagnosa dibetes melitus dilakukan dengan pengukuran kadar gula darah. Pemeriksaan gula darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan secara enzimatik dengan menggunakan bahan plasma darah vena.

4 kriteria penegakan diagnosa DM

  1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori selama minimal 8 jam.
  2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram
  3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl denga keluhan klasik.
  4. Pemeriksaan HbA1c ≥6.5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National Glychohaemoglobin Standardization Program (NGSP)

Upaya pencegahan dan pengendalina Diabetes Melitus

  • Pengaturan pola makan: konsumsi makanan dan minuman manis salah satu faktor risiko diabetes melitus.
  • Aktivitas fisik: menyesuaikan dengan kemampuan tubuh, dikombinasikan juga dengan asupan makanan. Aktivitas fisik dilakukan dengand urasi minimal 30 menit/hari atau 150 menit/minggu dengan tujuan tercapai berat badan yang ideal.
  • Terapi farmakologi: paling tidak setiap 6 bulan sekali penyandang DM harus dievaluasi pengobatan dan gaya hidup.
  • Pelibatan keluarga: keluarga berperan penting dalam mendorong penderita DM untuk patuh minum obat.

Diabetes melitus sangat berbaya, untuk itu baiknya yang perlu dilakukan adalah mencegah agar terhindar dari diabetes denganc ara batasi konsumsi gula, garam dan lemak berlebihan, rajin aktivitas fisik, rajin konsumsi buah dan sayur, dan tidak merokok.