Gustinerz.com | Semua kematian terminal manusia pada dasarnya adalah akibat dari berhentinya suplai oxygen ke otak oleh karena berbagai sebab (kondisi menua, penyakit, dll). Dalam dunia medis, kematian dibedakan menjadi dua yakni mati klinis dan mati biologis, berikut perbedaanya.

Mati Klinis

Mati klinis adalah absennya denyut nadi dan pernapasan, dan merupakan proses yang reversibel/dapat kembali dengan bantuan RJP (resusitas jantung paru) atau CPR (cardiac pulmonary resuscititation). Dahulu, mati klinis dipakai dalam kedokteran untuk menyatakan kematian, yakni absennya tanda-tanda vital seperti pernapasa, denyut nadi dan tekanan darah. Saat ini untuk menentukan kematian secara medik dan hukum (medikolegal) memakai definis mati serebral.

Mati Biologis

Mati biologis artinya sel-sel dalam tubuhnya sudah tidak dapat berfungsi lagi dan bersifat irreversibal/ bersifat tetap atau dengan kata lain seorang pasien ditetapkan mati biologis artinya tidak dapat dilakukan lagi pertolongan pertama. Kematian sel termasuk pada otak/serebral. Otak manusia hanya memiliki 6-8 menit untuk bertahan tanpa pasokan darah (untuk menghantarkan oksigen/nutrisi untuk dipergunakan metabolisme). Kriteria medikolegal untuk menentukan brain death (mati serebral) adalah



  1. Dilatasi bilateral dan fixasi pupil
  2. Absennya semua refleks
  3. Berhentinya respirasi/pernapasan tanpa bantuan
  4. Berhentiknya aktifitas kardiak
  5. Jejak gelombang otak datar

Urutan yang terjadi pada proses kematian yakni

  1. Hilangnya kesadaran: disorientasi/bingung, hilangnya sirkulasi karean jantung berhenti dan pernapasan normal melambat
  2. Apnea terminal: berhentinya ritme pernapasan normal
  3. Fase agonal: periode waktu sesudah onset absennya denyut nadi (absennya sirkulasi) dan sesudah apnea terminal, terjadi hembusan napas terkakhir dan mendeguk, berderik (gurgling, rattled)
  4. Mati klinis: koma, apnea, tidak ada hembusan napas, tidaka ada denyut nadi, tetapi kegagalan otak masi reversibel dan bantuan segera CPR. Jika CPR gagal dan mati serebral terjadi, kematian sudah final, ireversibel, tidak dapat kembali lagi.
  5. Fase vegetatif: bila sirkulasi diperlambat lebih jauh melebihi fase mati klinis, koma akan berlanjut dengan EEG (electro encephalograph) abnormal. Ini terjadi bila ada interventi untuk mecegah proses lebih lanjut kerusakan otak.
  6. Kamatian serebral: sirkulasi ke otak memburuk, hasilnya adalah koma yang dalam tidak ada aktivitas otak (otak mati) dan irreversibel.

Sumber:

  • Etty Indriati, 2003 dalam jurnal berkala Ilmu kedokteran dengan judul Mati: tinjauan klinis dan antropologi forensik.
  • https://www.go-dok.com/2-jenis-kematian-mati-klinis-dan-mati-biologis/