Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial dan mental yang lengkap dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Seseorang dapat dikatakan sehat jiwa jika merasa nyaman terhadap diri sendiri, nyaman berhubungan dengan orang lain, dan mampu memenuhi kebutuhan hidup.

Masalah kesehatan jiwa di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan hal ini bisa saja dipengaruhi beban hidup yang semakin berat, perubahan sosial ekonomi sangat cepat, kemiskinan, kejahatan, bencana alam, dll. Untuk itu diperlukan peran dan tindakan dari tenaga kesehatan termasuk seorang perawat untuk menangani masalah-masalah pada kejiwaan.



Masalah keperawatan jiwa yang sering terjadi

  1. Ansietas/kecemasan: perasaan was-was, khawatir, takut yang tidak jelas atau ketidaknyamanan seakan-akan terjadi sesuatu yang mengancam. Seseorang dapat dikatan mengalami gejala kecemasan dapat menimbulkan respon fisiologis seperti peningkatan frekuensi nadi, respirasi, tekanan darah, suhu tubuh, sering BAB/BAK, kulit dingin dan lembab, dan dapat berakibat masalah pola tidur.
  2. Ketidakberdayaan: kondisi dimana individu mempresepsikan bahwa tindakan yang dilakukan individu tidak akan memberikan hasil yang bermakna sehingga menyebabkan hilang kontrol atas situasi saat ini maupun yang akan terjadi. Keadaan ini bisa terjadi karena penilaian negatif terhadap diri sendiri yang bisa terjadi karena adanya perubahan fisik/penampilan yang dapat menyebabkan gangguan citra tubuh.
  3. Berduka/Kehilangan: situasi aktual maupun resiko yang dapat dialami oleh individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebagian ataupun keseluruhan. Kehilangan bisa berupa pekerjaan, objek, fungsi, status, bagian hidup, hubungan sosial yang berarti. Individu yang mengalami masalah kehilangan dapat melalui beberapa tahapan yakni denial (mengingkari), anger (marah), bargaining (berusahan kembali ke masa lalu), depresion dan acceptance (menerima kenyataan kehilangan).
  4. Gangguan Citra Tubuh: presepsi individu terhadap dirinya yang dapat mempengaruhi aspek kehidupan, kemampuan fungsional dan status kesehatan. Masalah ini sering dialami individu karena perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya.
  5. Keputusasaan: keadaan dimana individu meyakini bahwa dirinya maupun orang lain tidak dapat melakukan sesuatu untuk mengatasi masalahnya, memandang adanya keterbatasan atau tidak tersedianya pemecahan masalah dan tidak mampu memobiliasi energi demi kepentingan sendiri. Hal ini bisa terjadi karena mengalami penyakit kornis seperti gagal ginjal kronik, dll.
  6. Harga Diri Rendah Situasional dan kronik: penilaian diri yang negatif/rendah dapat diakibatkan karena penilaian negatif dari lingkungan sekitar, kehilangan, gangguan citra tubuh, gangguan peran, dan ideal diri tidak realistis. Harga diri rendah memiliki tanda dan gejala berupa perilaku mengkritik diri, produktivitas menurun, gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, bersalah, perasaan negatif, hidup pesimis, dan mengecilkan diri.
  7. Risiko Perilaku Kekerasan: situasi dimana individu mengalami marah yang ekstrim atau ketakutan sebgaai respon terhadap perasaan terancam berupa ancaman fisik atau ancamana terhadap konsep diri yang diekspresikan dengan mengancam, mencederai orang lain dan atau merusak lingkungan.
  8. Halusinasi: gejala gangguan jiwa berupa respon panca indera pada penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan terhadap sumber yang tidak nyata. Keadaan dapat terjadi karena faktor perkembangan, sosialkulutral, bikomia, psikologis, genetik dan pola asuh.
  9. Isolasi Sosial: Kondisi dimana seseorang mengalami gangguan hubungan interpersonal yang mengganggu fungsi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Dapat ditemukan gejala berupa menolak interaksi dengan orang lain, merasa sendirian, merasa tidak diterima, mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat dan tidak ada dukungan orang yang dianggap penting.
  10. Defisit Perawatan Diri: individu tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri karena adanya proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kondisi ini ditemukan apabila individu tampak ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan, berhias dan toileting (tidak mampu BAB dan BAK mandiri).
  11. Risiko Bunuh Diri: Upaya yang dilakukan individu untuk mengakhiri kehidupan hal ini akibat kirisi multidimensional pada pemenuhan kebutuhan individual dimana individu merasa ini adalah jalan keluar yang terbaik.
  12. Waham: keyakinan individu berdasarkan kesimpulan yang salah dari realitas eksternal atau keyakinan yang salah yang dipertahankan individu yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Referensi:

  • Nurhalima, 2016. Modul Bahan Ajar Keperawatan Jiwa. Kemenkes.
  • AIPNI, 2018. siNERSI.