Gustinerz.com | Pada tahun 2007 WHO membuat surgical safety checklist (SSC) yang merupakan sebagai alat komunikasi atau sistem informasi yang merupakan program WHO yang diharapkan dapat mencegah kesalahan prosedur operasi, kesalahan pasien operasi ataupun kesalahan area yang dilakukan di ruang operasi (Haynes, 2009). SSC sendiri merupakan proses pengisian data pasien hasil dari pengkajian yang dilakukan oleh tim bedah sebelum pasien masuk ke kamar operasi, sebelum insisi dan setelah operasi pada form surgical safety checklist (Sumadi, 2013).

Surgical safety checklist adalah sebuah daftar periksa untuk memberikan pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien. Surgical safety checklist merupakan alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan oleh tim profesional di ruang operasi. Selain itu Tujuan dari program ini adalah untuk memanfaatkan komitmen dan kemauan klinis untuk mengatasi isu-isu keselamatan yang penting, termasuk praktek-praktek keselamatan anestesi yang tidak memadai, mencegah infeksi bedah dan komunikasi yang buruk di antara anggota tim. Untuk membantu tim bedah dalam mengurangi jumlah kejadian ini, dan sebagai media informasi yang dapat membina komunikasi yang lebih baik dan kerja sama antara disiplin klinis ( KARS, 2011).



Implementasi Surgical Safety Checklist memerlukan seorang koordinator untuk bertanggung jawab untuk memeriksa checklist. Koordinator biasanya seorang perawat atau dokter atau profesional kesehatan lainnya yang terlibat dalam operasi (Apriatmoko, 2016). Koordinator memastikan setiap tahapan tidak ada yang terlewati, bila ada yang terlewati, maka akan meminta operasi berhenti sejenak dan melaksanakan tahapan yang terlewati (Priyanto, 2016).

Surgical Safety Checklist di kamar operasi digunakan melalui 3 tahap, masing-masing  sesuai dengan alur waktu yaitu sebelum induksi anestesi (Sign In), sebelum insisi kulit (Time Out) dan sebelum mengeluarkan pasien dari ruang operasi (Sign Out)

Fase Sign In

Sebelum induksi anestesi koordinator secara verbal memeriksa apakah identitas pasien telah dikonfirmasi, prosedur dan sisi operasi sudah benar, sisi yang akan dioperasi telah ditandai, persetujuan untuk operasi telah diberikan, oksimeter pulse pada pasien berfungsi. Koordinator dengan profesional anestesi mengkonfirmasi risiko pasien apakah pasien ada risiko kehilangan darah, kesulitan jalan nafas, reaksi alergi.

Fase Time Out

Setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan peran masing-masing. Tim operasi memastikan bahwa semua orang di ruang operasi saling kenal. Sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim mengkonfirmasi dengan suara yang keras mereka melakukan operasi yang benar, pada pasien yang benar. Mereka juga mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60 menit sebelumnya.

Fase Sign Out

Tim bedah akan meninjau operasi yang telah Dilakukan pengecekan kelengkapan spons, penghitungan instrumen,  pemberian label pada spesimen, kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani. Langkah akhir yang dilakukan tim bedah adalah rencana kunci dan memusatkan perhatian pada manajemen post operasi serta pemulihan sebelum memindahkan pasien dari kamar operasi. Pada setiap fase, koordinator checklist harus diizinkan untuk mengkonfirmasi bahwa tim telah menyelesaikan tugasnya sebelum melakukan kegiatan lebih lanjut (Surgery & Lives, 2008).

Sumber:

  • Mini Riset “GAMBARAN PENERAPAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST FASE SIGN OUT DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS) RSUD DR. M.M. DUNDA LIMBOT”, Syahruddin Lahuo, 2018.