Proses siklus menstruasi kadang berlangsung pasang surut dan berubah-ubah setiap bulannya yang dapat menimbulkan masalah gangguan menstruasi. Gangguan yang dialami pun bervariasi, bisa terjadi pada saat, sebelum atau sesudah menstruasi (Shita & Purnawati, 2016). Menurut (Randhawa, 2016) Ada berbagai masalah kewanitaan yang sering terjadi pada wanita diantaranya yaitu pergantian siklus, rentang, dan intensitas nyeri. Gangguan menstruasi tersebut, yaitu



1. Dismenorea

Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya terjadi di daerah perut bagian bawah, pinggang, bahkan punggung bisa juga berupa kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan neurologis seperti kelemahan. Permasalahan dismenore adalah permasalahan yang sering dikeluhkan saat wanita datang ke dokter atau tenaga kesehatan yang berkaitan dengan haid. Kondisi ini akan bertambah parah apabila disertai dengan kondisi psikis yang tidak stabil. Terlebih lagi di kalangan wanita yang bekerja dan harus tetap masuk kerja dalam kondisi kesakitan (Asih et al., 2020).

Dismenore merupakan masalah ginekologis yang paling umum dialami wanita baik remaja maupun dewasa. Nyeri saat haid menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktivitas fisik sehari-hari. Keluhan ini berhubungan dengan ketidakhadiran berulang di sekolah ataupun di tempat kerja, sehingga dapat mengganggu produktivitas (Larasati, T. A. & Alatas, 2016).

2. Menorrhagia

Menorrhaghia adalah gangguan menstruasi dimana jumlah volume darah yang keluar secara berlebihan pada saat menstruasi. Normalnya darah yang keluar saat menstruasi sebanyak 30-40 mL/siklus. Tetapi pada wanita yang mengalami menorrhagia volume darah yang keluar selama kurang lebih 7 hari rata-rata sebanyak 70mL. umumnya menorrhaghia disertai juga dengan dismenore, hal ini berakibat wanita yang mengalami menorrhagia mengalami hal yang berat pada saat menstruasi dikarenakan kekurangan volume darah yang cukup banyak dan dibarengi dengan nyeri. Darah haid yang keluar pada menderita menorrhagia umumnya berupa gumpalan yang didalamnya mengandung lemak dan lender (Hamzah, 2020).
Menorhagia adalah volume darah yang keluar secara tidak wajar selama siklus bulanan. Selama siklus bulanan, volume darah biasa adalah 30-40 mL per siklus. Meskipun demikian, pada pasien dengan menorhagia volume darah yang keluar selama lebih dari 7 hari dalam keadaan normal adalah lebih dari 70mL. Menorrhagia juga biasanya disertai dengan dismenore. Hal ini menyebabkan wanita yang mengalami monorrhagia merasa berat selama siklus bulanan karena tidak adanya volume darah yang cukup disertai dengan rasa sakit. Pengeringan kewanitaan bagi penderita Menoragia adalah seperti gumpalan yang mengandung lemak dan cairan tubuh (Hamzah, 2020).

3. Oligomenorrhea

Oligomenorea merupakan kondisi gangguan menstruasi dimana siklus menstruasi lebih panjang pada umumnya, yaitu lebih dari 35 hari, namun jumlah volume darah yang keluar tetap sama. Umumnya oligomenorea disebabkan karena ketidakseimbangan hormonal pada bagian aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan yang terjadi pada hormone tersebut menyebabkan lamanya siklus mentruasi yang sebelumnya normal menjadi lebih memanjang. Penderita oligomenorea serung dialami pada 3 sampai 5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun setelah beberapa tahun menjelang fase menopause datang.
Oligomenorea yang terjadi pada masa-masa itu merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya menstruasi pertama dan menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul gangguan keseimbangan hormon dalam tubuh (Purwoastuti & Walyani, 2015).

4. Hipermenorea

Hipermenorea merupakan kondisi perdarahan haid yang banyak dan cenderung lebih lama dari normal, yaitu terjadi pada 6-7 hari dan mengganti pembalut 5-6 kali perhari. Haid normal (eumenorea) biasanya 3-5 hari (2-7 hari masih normal), jumlah darah rata-rata 34 cc (10-80 cc masih dianggap normal), kira-kira 2-3 kali ganti pembalut perhari. Penyebab Hipermenorea bisa berasal dari rahim berupa mioma uteri (tumor jinak dari otot rahim), infeksi pada rahim atau hyperplasia endometrium (penebalan lapisan dalam rahim). Dapat juga disebabkan oleh kelainan di luar rahim (anemia, gangguan pembekuan darah), juga bisa disebabkan kelainan hormone (gangguan endokrin) (Purwoastuti & Walyani, 2015).

5. Hipomenorea

Hipomenorea adalah suatu kondisi yang terjadi darah yang keluar saat menstruasi lebih sedikit dibanding kondisi normalnya, hal ini karena kelainan yang terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (contoh : sesudah operasi mioma). Hipomenorea tidak mengganggu terjadinya fertilitas. Hipomenorea adalah kondisi perdarahan dengan jumlah darah kurang, sehingga wanita melakukan pergantian pembalut 1-2 kali per hari, dan berlangsung selama kurang lebih 1-2 hari saja (Purwoastuti & Walyani, 2015).

6. Polimenorea

Ketika seorang wanita mengalami siklus menstruasi yang lebih sering, dikenal dengan istilah polimenorea. Wanita dengan polimenorea akan mengalami menstruasi hingga dua kali atau lebih dalam sebulan, dengan pola teratur dan jumlah perdarahan yang relative sama atau lebih banyak dari biasanya (Purwoastuti & Walyani, 2015).

7. Amenorea

Amenorea adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus menstruasi normal meliputi interaksi antara kelompok hipotalamus-hipofisis-aksis indung telur serta organ reproduksi yang sehat (Purwoastuti & Walyani, 2015).
Isu-isu kewanitaan yang dirujuk di atas harus terus dikaji secara berkala. Karena dapat memicu infeksi ginekologis asli seperti fibroid rahim, kanker ginekologi, radang kandung kemih, hingga sindrom ovarium polikistik (PCOS) (Randhawa, 2016).


Referensi :

  • Asih, S. N., Yuviska, I. A., & Astriana. (2020). Pengaruh Dark Chocolate Terhadap Pengurangan Nyeri Haid. Jurnal Kebidanan, 6(4), 499, 501. http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/download/680/408%0Ahttps://docplayer.info/42489606-Dark-chocolate-dan-nyeri-dysmenorrhea.html
  • Hamzah, M. F. (2020). Analisis Faktor Risiko Kejadian Dismenore Pada Dewasa Muda Di Kota Makassar. Universitas Hasanuddin.
  • Larasati, T. A., A., & Alatas, F. (2016). Dismenore Primer dan Faktor Risiko Dismenore Primer pada Remaja. Majority, 5(3), 79–84.
  • Purwoastuti, E., & Walyani, E. S. (2015). Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Pustaka Baru Press.
  • Randhawa, R. K. (2016). A Comparative study to assess the knowledge of married women regarding contraceptive methods in selected rural and urban community of Raikot, Ludhiana, Punjab, India. International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences, 5(5), 940–948. https://doi.org/10.20546/ijcmas.2016.505.099
  • Shita, N. K. D. S., & Purnawati, S. (2016). Prevalensi Gangguan Menstruasi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pada Siswi Peserta Ujian Nasional Di Sma Negeri 1 Melaya Kabupaten Jembrana. E-Jurnal Medika Udayana, 5(3), 1–9.

Penulis: Mar’atuljannah Una (Mahasiswa)

Leave a Comment