Esai oleh: INKA PUTRI DEVIANA ISA (Semester 5B)

Caring artinya kepedulian. Caring adalah bentuk perhatian dan kepedulian yang diberikan perawat kepada klien dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan (ASKEP). Menurut Ramadhiani & Siregar (2019:150), caring ini tidak hanya berfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat pada saat melaksanakan fungsi keperawatannya, namun lebih pada proses yang memberikan rasa damai, ikhlas, dan tulus kepada individu yang membutuhkan baik dalam kondisi sehat, maupun sakit. Dengan rasa damai, ikhlas, dan tulus inilah yang membuat hubungan antara perawat dan klien menjadi harmonis dan meningkatkan kepuasan klien serta dampak postif lainnya ialah kualitas Fasilitas Kesehatan (FASKES) dapat meningkat.

Caring merupakan inti dari keperawatan namun pada kenyataannya masih banyak perawat yang tidak memiliki sifat kepedulian atau caring terhadap klien pada saat melaksanakan asuhan keperawatan. Sebenarnya caring adalah sesuatu hal yang sudah ada dalam diri perawat sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa namun pada kenyataannya segelintir perawat ada yang telah menerapkan sifat ini namun sebagian besar belum menerapkan sifat ini pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan.

Di era Revolusi Industri 4.0 adalah suatu keadaan di mana telah terjadi perubahan dalam bidang industri yang terjadi terus menerus tanpa batas. Perubahan ini menuntut masing-masing individu harus memiliki keahlian dan keterampilan yang tidak hanya kompeten tetapi juga berharga. Salah satu perubahan yang terjadi yaitu perubahan di bidang keperawatan.

Mampukah Robot Menggantikan Perawat?



Sekarang ini, semakin maraknya pembuatan robot dan alat-alat canggih yang bisa membuat suatu pekerjaan di bidang keperawatan menjadi lebih efektif dan efisien. Robot perawat adalah salah satu contoh hasil produksi yang dibuat dengan maksud melaksanakan asuhan keperawatan menjadi lebih efektif dan efisien. Robot perawat ini adalah benda yang dibuat dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau yang sering disebut dengan kecerdasan buatan.

Dengan adanya teknologi AI atau kecerdasan buatan tersebut membuat robot perawat dapat melaksanakan sebagian besar tugas dan tanggung jawab perawat. Karena terknologi AI inilah robot perawat dapat melakukan tindakan dan menyelesaikan hampir seluruh masalah klien di mana hal yang sama juga dapat dilakukan oleh perawat. Peralihan sumber daya manusia ke robot memiliki dampak negatif karena mempengaruhi profesi keperawatan. Artinya profesi keperawatan terancam karena peralihan penggunaan jasa perawat tergantikan dengan robot perawat.

Tidak sedikit fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit (RS), Klinik, Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya yang beralih menggunakan robot perawat daripada memakai jasa perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara biopsikososiospiritual. Disamping itu, tujuan digunakannya robot perawat ini selain untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia juga untuk penghematan dana yang dikeluarkan pihak rumah sakit ataupun fasilitas kesehatan yang bersangkutan karena robot dianggap tidak banyak menuntut gaji, tunjangan, uang makan, dan upah lainnya.

Sementara itu, perawat dianggap banyak menuntut soal gaji, tunjangan, uang makan, belum lagi secara kuantitif upah perawat terbilang cukup rendah dan tidak sebanding dengan jasa-jasanya. Hal tersebut menjadi alasan mengapa fasilitas kesehatan melakukan hal tersebut karena penggunaan robot perawat dianggap dapat mengurangi beban di fasilitas kesehatan baik itu di Rumah Sakit, Klinik, Puskesmas, dan lain sebagainya dan dinilai lebih efektif dan efisien serta dapat mengurangi biaya perawatan sekaligus.

Contoh lainnya ialah jam tangan yang bisa mengecek Tanda-Tanda Vital berupa tekanan darah, suhu, nadi dan frekuensi pernapasan sekaligus tanpa menguras waktu dan tenaga. Jam tangan ini merupakan salah satu alat canggih yang juga dirancang dengan teknologi AI atau kecerdasan buatan sehingga hal tersebut yang membuat pengukuran Tanda-Tanda Vital (TTV) menjadi lebih efektif dan efisien. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perawat di era Revolusi Industri 4.0 ini harus mempunyai keahlian dan keterampilan yang dapat menunjang profesi keperawatan sehingga dapat bersaing dan tidak mudah bergeser dengan besarnya tantangan yang sedang dihadapi perawat di era Revolusi Industri 4.0 ini.

Keadaan di mana semakin tergesernya penggunaan perawat sehingga membuat lapangan kerja semakin sempit. Seolah-olah perawat kalah bersaing dari robot dan alat-alat canggih. Pertanyaannya, apa modal paling penting yang harus dimiliki seorang perawat namun tidak mungkin bisa dimiliki robot dan alat canggih lainnya? Caring atau kepedulian adalah jawabannya. Memang begitu mudah menjawab hal tersebut, namun dalam penerapannya masih terbilang kurang. Buktinya, banyak klien yang mengeluh tidak puas akan pelayanan yang diterima diakibatkan perawat tidak mempunyai sifat caring. Perawat dinilai tidak peduli terhadap kepentingan klien.

Mirisnya, banyak perawat yang tidak tahu akan potensi bernama caring ini. Perawat lebih berfokus pada tindakan keperawatan agar terlaksana dengan baik sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) tetapi tidak melihat sisi lain dimana sifat caring sangat dibutuhkan dalam pelaksanaannya. Perawat khawatir jatah kerja mereka diambil oleh robot, tetapi tidak melihat bahwa sebenarnya caring inilah yang menjadi cikal bakal proses keperawatan berjalan dengan baik karena dilandaskan dari kepedulian antar sesama manusia Bukan tentang terampil atau tidaknya, tetapi peduli tidaknya perawat dinilai masih kurang. Kepedulian dari perawat sebagai manusia yang sudah ada sejak lahir tidak diterapkan pada saat memberikan asuhan keperawatan. Padahal, hal ini menjadi nilai tambah bagi seorang perawat untuk dapat bersaing dengan robot dan alat-alat canggih lainnya.

Caring adalah kuncinya!

Sifat caring tidak akan mungkin bisa dimiliki robot perawat ataupun alat-alat canggih lainnya. Karena sejatinya, perawat adalah manusia yang tercipta mempunyai hati dan perasaan. Sifat caring yang memperhatikan kebutuhan klien dapat meningkatkan hubungan antara perawat dan klien sehingga memberikan pengaruh yang besar untuk menentukan kualitas pelayanan fasilitas kesehatan. Hal-hal yang demikian itu terbukti berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tiara dan Lestari (2017) yang menunjukkan bahwa kepuasan pasien terletak dari caring yang diberikan oleh perawat melalui proses keperawatan.

Perbedaan pelaksanaan intervensi keperawatan antara robot perawat dan perawat ialah dimana perawat dapat menenangkan klien, menggunakan perasaan empati kepada klien sebagai bentuk dari kepedualiannya (caring). Tetapi, hal tersebut tidak bisa dilakukan oleh robot, karena robot tidak memiliki hati dan perasaan walaupun sudah dirancang dengan teknologi kecerdasan buatan layaknya manusia Untuk itu, bukan produksi robot perawat yang harus dikurangi, bukan alat-alat canggih lainnya yang harus dikurangi, namun kelebihan kita sebagai perawat yang harus ditingkatkan.

Sifat caring inilah yang harus ditingkatkan. Robot perawat memang terampil dalam melakukan tindakan tetapi perawat seharusnya lebih terampil dalam melakukan tindakan keperawatan karena adanya sifat caring.

Oleh karena itu, marilah mengubah tantangan ini menjadi peluang. Peluang yang dapat menjadikan perawat menjadi generasi perawat yang berkualitas dan kompeten dengan adanya sifat caring. Marilah berkontribusi meningkatkan sifat caring agar kualitas profesi keperawatan juga meningkat. Perawat harus bersanding dengan sifat caring, karena sifat caring bersanding dengan peningkatan kepuasan klien sehingga bukan tidak mungkin kualitas profesi keperawatan juga akan meningkat serta profesi keperawatan dapat bertahan di era Revolusi Industri 4.0.


Sumber:

  • Ramadhiani, O. R., & Siregar, T. (2019). Hubungan Berpikir Kritis dengan Kepedulian (Caring) Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di RSUD Kota Depok. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 15(2), 148-160.
  • Tiara, T., & Lestari, A. (2017). Perilaku Caring Perawat Dalam Meningkatkan Kepuasan Pasien Rawat Inap. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 9(2), 115-119.

15 Comments