Pemenuhan kebutuhan cairan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia. Kekurangan volume cairan dalam tubuh dapat mengganggu proses metabolisme tubuh, hal ini karena cairan merupakan salah satu komponen penting dalam tubuh manusia. Hampir 60% dari komposisi tubuh manusia merupakan cairan yang berupa lauratan ion dan zat lainnya.

Gangguan cairan dan elektrolit dapat membahayakan manusia jika tidak dilakukan tindakan manajemen cairan yang tepat, misalnya pada kasus seperti diare, peritonitis, perdarahan yang banyak dan luka bakar/terbakar. Luka bakar yang luasnya lebih besar dari sepertiga TBSA (Total Body Surface Area) dapat menimbulkan kerusakan berat pada fungsi kardiovaskular yang disebut dengan syok. Efek sistemik yang ditimbulkan dari luka bakar adalah penurunan volume intravaskular, peningkatan resistensi vaskular, penurunan kardio output, iskemik dan asisdosis metabolik.



Ketika terjadi luka bakar, maka salah satu penanganannya adalah resusitasi cairan. Resusitasi cairan bertujuan untuk mempertahankan perfusi organ secara menyeluruh dan menghadapi inflamasi sistemik yang masif serta hipovolemia cairan instravaskular dan esktravaskular. Resusitasi cairan diberikan pada 24-48 jam pertama periode hipovolemia.

Menentukan luas luka bakar dapat menggunakan metode “rule of nines”, hal ini penting untuk dilakukan karena perkiraan luas dan kedalaman luka bakar membantu dalam penentuan tingkat keparahan, prognosis dan pengaturan terapi untuk pasien. Luas luka bakar mempengaruhi pemberian resusitasi cairan. Perhatikan gambar berikut:

Pemberian terapi cairan pada pasien yang mengalami luka bakar harus dilakukan dengan tepat, untuk itu perlu dilakukan perhitungan pemenuhan kebutuhan cairan menggunakan metode Baxter/Parkland. Menggunakan rumus ini terlebih dahulu kita harus mengetahui presentasi luas luka bakar menggunakan metode rule of nine.

Rumus Baxter: 4 ml x kg BB x luas luka bakar

Contoh kasus: seorang laki-laki berusia 24 tahun masuk UG dengan keluhan tersiram air panas. Hasil pengkajian terdapat luka bakar dengan luas 25%. TD 110/70 mmHg, nadi 100 x/m, frekuensi napas 24 x/m. BB 50 dan TB 160 cm.

Maka kebutuhan cairan yang dibutuhkan penderita tersebut dalam 24 jam dengan rumus baxter adalah

4 ml x 50 x 25% = 5000 ml.

Pemberian 8 jam pertama adalah 50% dari total kebutuhan cairan sehingga pada 8 jam pertama diberikan 50% x 5.000 = 2.500 ml, sisanya pada 16 jam selanjutnya yakni 25% pada 8 jam kedua dan 25% pada 8 jam ketiga.


Referensi:

  • Buku siNERSI AIPNI
  • Diolah dari berbagai sumber