Oleh: Sitti Nurhasanah Djailani (Semester 3/B)

(tulisan ini dilombakan dalam kegiatan Dies Natalis Keperawatan UNG 2020)

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Coronavirus terbagi atas dua jenis, yaitu coronavirus Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 atau biasa disebut Covid-19 merupakan penyakit pernapasan akut yang disebabkan oleh virus corona jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia (Kemenkes, 2020). Gejala utama penyakit Covid-19 ini antara lain batuk, demam, dan sesak napas serta penyakit ini menyerang hampir semua golongan, yaitu orang dewasa, lansia, bahkan anak-anak.

Penyakit ini pertama kali merebak di salah satu kota di China yaitu Wuhan, yang dilaporkan terdapat 27 orang menderita penyakit mirip pneumonia, demam, kesulitan bernapas, dan paru-paru yang tidak normal (Bramasta, Dandy Bayu;2020). Virus Covid-19 pada akhirnya menyerang negara-negara lain akibat perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya, termasuk Indonesia.



Munculnya wabah Covid-19 menimbulkan dampak kepanikan kepada masyarakat, karena persoalan yang muncul bukan hanya berkaitan dengan medis, ekonomi, maupun politik. Virus mematikan ini juga melahirkan permasalahan yang berkaitan dengan komunikasi. Ada satu hal yang patut dijadikan perhatian bersama karena penyebaran penyakit Covid-19, yaitu penyebaran berita bohong atau biasa disebut hoaks. Lantas, kepada siapakah masyarakat bisa berharap mencari informasi?.

Dalam masa krisis seperti saat munculnya pandemi ini, media berita online memegang peranan penting dalam menginformasikan, mengedukasi dan menenangkan situasi kekhawatiran masyarakat. Bingkai media merupakan salah satu usaha monitoring kebijakan pemerintah dan tanggapan masyarakat atas tindak lanjut kebijakan tersebut pada khayalak (Pan & Meng, 2016). Oleh karenanya, pembingkaian figur pemerintah dan milenial sebagai sumber berita merupakan suatu usaha untuk menunjukkan dukungan atas keseriusan dari pemerintah dalam menangani Covid-19. (Boer, 2020).

Untuk mengurangi kepanikan masyarakat terhadap Covid-19 ini bukan hanya tentang media informasi, pemerintah juga telah melakukan pergerakan dengan mengadakan social distancing. social distancing merupakan pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam satu wilayah yang diduga terinfeksi Covid-19 sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran virus. social distancing mengatur tentang peliburan, sekolah tempat kerja, kegiatan keagamaan, kegiatan di tempat atau fasilitas umum, kegiatan sosial dan budaya, moda transportasi, serta pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan (Kemenkes RI, 2020).

Dampak dari sosial distancing ini berpengaruh besar terhadap manusia dan bumi. Dampak pada manusia ialah menjadi lebih dekat dengan keluarga di rumah, kepedulian sosial meningkat, solidaritas untuk membantu tenaga medis, meeting online lebih efisien dan punya banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang ditunda, sedangkan untuk bumi dampaknya ialah polusi udara menurun drastis, perairan jadi lebih bersih, satwa dilindungi leluasa berkembang biak, konsumsi plastik turun, dan konsumsi BBM turun (Buddies.co.id, 2020).

Covid-19 merupakan virus yang dapat bermutasi membentuk susunan genetik baru. Awal mula virus ini hanya mampu menempel pada  hewan saja. Tetapi karena virus ini mampu bermutasi dan merubah susunan dirinya sehingga memiliki penghantar yang mampu menempel 2 pada manusia. Penanganan yang memadai pada pasien Covid-19 sangat diperlukan guna kesembuhan dan mengurangi penyebaran penyakit tersebut. Selain pemerintah yang menjadi garda depan dalam menangani kasus Covid-19 adalah tenaga kesehatan.

Peran tenaga kesehatan dalam menghadapi Covid-19 sangatlah diperlukan dalam masa krisis seperti ini. Dalam hal ini petugas kesehatan memiliki peranan penting dalam 3 kesiapsiagaan menangani pasien Covid-19. Salah satu petugas kesehatan tersebut adalah perawat. Keterlibatan perawat yang berada di garis depan dalam menangani pasien Covid-19 harus memiliki pengetahuan dan keterampilan pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat, serta perawat harus update perkembangan Covid-19. Dengan demikian keterlibatan manajemen keperawatan dalam penanganan Covid-19 guna mencegah terjadinya penularan dan perawatan pasien di ruang perawatan 4 sangat dibutuhkan. Namun saat ini manajemen keperawatan dalam penanganan pasien covid-19 belum banyak dilakukan kajiannya sehingga perlu ditelaah lebih jauh agar perawat dapat merawat dengan baik. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan literature review tentang “Implikasi Manajemen Keperawatan dalam Penanganan Pasien Covid-19”. (Isfandiari, 2020).




Sumber:

  • Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penangan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Jakarta : Kemenkes RI; 2020.
  • Bramasta, Dandy Bayu. (2020). Update Virus Corona di Dunia 1 April: 854.608
    Kasus di 201 Negara,176.908 Sembuh. Melalui <https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/01/070200365/update-virus-corona-di-dunia-1-april-854608-kasus-di-201-negara- 176908>. Diakses pada 11 April 2020.
  • Pan, P, -L, & Meng, J. (2016). Media Frames across stages of Health Crisis: A
    Crisis Management Approach to News Coverage of Flu Pandemic. Journal of Contingencies and Crisis Management, 24(2), 95-106.
  • Boer KM, Pratiwi MR, & Muna N. (2020). Analisis Framing Pemberitaan Generasi Mileneal dan Pemerintah Terkait Covid-19 di Media Online. Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(1), 85-104.
  • Buddies. (2020). 10 Efek Positif  Tak Terduga dari Penerapan Social Distancing. Melalui < https://www.buddies.co.id/10-efek-positif-tak-terduga-dari-penerapan-social-distancing/ > Diakses pada 4 Mei 2020. Isfandiari M. Corona virus (COVID-19).2020;15(1).

1 Comment

Leave a Comment