Esai oleh: Zulqamaria Agustina A. Lamusu (Semster 5/B)

Corona virus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (Sars-Cov 2) dan juga merupakan corona virus jenis baru yang ditemukan pada tahun 2019, (Hairunisa & Amalia, 2020). Coronavirus yaitu virus yang dapat menyebabkan suatu penyakit terhadap hewan atau manusia. Coronavirus merupakan virus yang memiliki banyak jenis. Jenis-jenis corona virus seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) diketahui dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan manusia mulai dari batuk, pilek hingga yang paling serius, (WHO, 2020). Setiap hari angka korban yang positif Covid-19 masih terus meningkat, menyerang banyak orang tanpa memandang jenis kelamin dan juga usia (Wulandari et al., 2021).

Kasus COVID-19 merupakan potensi kematian yang cukup besar saat ini, berbagai pihak melakukan beragam cara untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 dengan cara jaga jarak minimal satu meter, mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air bersih mengalir atau membersihkannya dengan cairan antiseptik berbahan dasar alkohol, memakai masker saat keluar rumah, bekerja, belajar, dan beribadah di rumah serta menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Bersekala Besar atau PSBB (Goldschmidt, 2020; Pratiwi, 2020; Sari, M., 2020; WHO, 2020). Masyarakat juga diedukasi untuk menerapkan pola hidup sehat (Suprabowo, 2020). Menurut World Health Organization (WHO, 2020), anak-anak dan remaja memiliki risiko terinfeksi dan menularkan ke orang lain yang sama seperti kelompok usia lainnya (Hutagalung & Siagian, 2021).



Pencabutan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dibeberapa wilayah di Indonesia dan kebijakan terhadap tatanan kehidupan normal di tengah Pandemi Covid-19 disikapi masyakarat dengan sangat beragam. Masyarakat Indonesia yang beragam karakteristik sosialnya memiliki pemahaman dan sikap yang beragam juga terhadap pandemi Covid-19 (Muhyiddin, 2020) (Yuningsih, 2020). Rata-rata masyakarat berasumsi bahwa aturan new normal adalah kembali pada tatanan kehidupan normal seperti sebelum adanya Covid-19. Sehingga banyak masyarakat yang sudah tidak menggunakan masker saat keluar rumah, tidak membiasakan cuci tangan, dan juga tidak menjaga jarak. Bahkan di beberapa tempat berkumpul (warung, poskampling) sudah banyak orang berkerumun tanpa menerapkan physical distancing (Di et al., 2021)

Pandemi ini menjadi permasalahan global yang dihadapi seluruh dunia termasuk Indonesia (World Health Organization., 2020). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memerangi penyebaran virus corona ini. Setelah menjalani aktivitas hanya di rumah, maka bermunculan masalah sosial dan ekonomi sehingga mengharuskan masyarakat untuk kembali melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tatanan kehidupan baru atau disebut new normal menjadi alternatif pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Masyarakat diharapkan menerapkan protokol kesehatan pada era new normal sebagai bentuk upaya pencegahan penularan covid-19 (Kompas, 2020) (Cochrane Indonesia., 2020).

Mengatasi hal tersebut diperlukan perubahan menyeluruh pada setiap aspek kehidupan. Suatu tatanan hidup baru, kehidupan baru ini dinamakan normal baru. New normal atau normal baru adalah keadaan dimana masyarakat diharuskan menerima kehadiran virus corona sebagai suatu kenyataan meski sangat membahayakan. Dalam hal ini bidang kesehatan, ekonomi, proses politik, budaya kerja, semua mesti berubah dan memformat ulang aturan mainnya sesuai dengan protokol kesehatan normal baru (Adon, 2021).

Kenormalan baru atau new normal merupakan membukanya kembali aktivitas ekonomi, sosial dan kegiatan publik secara terbatas dengan tetap menggunakan protokol kesehatan terkait COVID-19. Perubahan perilaku atau yang disebut Kenormalan Baru ini juga menjadi sesuatu yang dianjurkan WHO untuk dijalankan. Beradaptasi dan hidup berdampingan dengan corona bukan sesuatu yang mudah (Puslitbang Kemensos, 2020). Kepatuhan terhadap protokol kesehatan merupakan kunci utama untuk memutus rantai penyebaran covid-19 (Pendahuluan, 2020).

Nah, lantas siapa yang dapat berperan dalam mempertahankan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan guna meningkatkan kebijakan pemerintah dalam memutus rantai penyebaran covid ini?
Dalam rangka mengatasi kasus Covid-19, inovasi dari masyarakat menjadi hal yang penting saat ini (Rahmi, Ismanto, & Fathoni, 2020). Pemberdayaan masyarakat diperlukan agar penanganan pandemi Covid-19 mengalami percepatan yang meningkat (Sunuantari, 2020). Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu usaha untuk meningkatkan martabat masyarakat agar mereka dapat keluar dari kemiskinan dan keterbelakangan (Laksono, 2018). Keterlibatan berbagai komunitas dalam masyarakat akan lebih berhasil karena komunitas – komunitas tersebut dapat menggunakan berbagai cara untuk terlibat di dalamnya (Walzer & Hamm, 2012). Untuk itu maka dalam rangka mendorong keberdayaan masyarakat perlu melibatkan berbagai pihak baik mahasiswa ataupun akademisi sehingga aktivitas lebih maksimal (Sampurno, Kusumandyoko, & Islam, 2020).

Mahasiswa merupakan salah satu agen pembawa perubahan dan sebagai pengontrol kehidupan sosial dari dampak yang telah timbul dimasa pandemic (Tuwu, Darmin, 2020). Penyuluhan kesehatan tentang kebiasaan baru atau new normal ini merupakan salah satu cara mengedukasi kelompok masyarakat untuk dapat berubah sesuai pengetahuannya. Dimana, Notoatmodjo (2012), juga menguraikan bahwa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuannya. Melalui peningkatan pengetahuan ini diharapkan perilaku masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan akan lebih baik lagi. Mahasiswa akan menjadi agen perubahan sikap dan perilaku baru dimasa pandemi ini. Melalui perannya juga mahasiswa keperawatan diharapkan dapat menjadi penyebar informasi yang benar terkait new normal ke masyarakat yang lebih luas (Pendahuluan, 2020).

Oleh karena itu sebagai mahasiswa khususnya pada bidang kesehatan yakni mahasiswa keperawatan dapat memanfaatkan kondisi ini dengan pengetahuan yang dimilikinya, ya betul sekali! Mengedukasikan masyarakat  tentang new normal saat ini yang tetap berdampingan dengan protokol kesehatan.

Peran mahasiswa sangat penting ditengah-tengah masyarakat, apalagi dalam situasi pandemi COVID-10 saat ini. Dari sisi kelompok masyarakat, informasi yang lebih mudah diterima yakni dari kelompok sosial mahasiswa dibandingkan dengan informasi yang disampaikan oleh keompok luar. Icol Dianto dalam penelitiannya menyebutkan dalam menjadikan hubungan komunikasi antar budaya yang efektif, paling tidak jika ingin menjalin komunikasi dengan orang yang berbeda budaya, maka harus menyadari bahwa kita dan mereka memiliki budaya dan latar belakang yang berbeda. Hal ini menjadikan komunikasi yang dilakukan oleh mahasiswa akan lebih mudah tanpa adanya hambatan perbedaan budaya. Namun demikian, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa juga menjadi faktor yang sangat penting baik dalam pembuatan penyuluhan atau sosialisasi, desain yang digunakan dan media yang digunakan dalam menyampaikan informasi (Pulungan, 2020)

Pengabdian kepada masyarakat bisa juga menjadi salah satu penerapan mahasiswa saat ini, dimana mahasiswa berkewajiban untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat di dunia perkuliahan kepada masyarakat luas. Ilmu yang bermanfaat tentunya bukan hanya ilmu yang disimpan untuk diri sendiri atau sekedar disimpan dalam pikiran kita, melainkan ilmu yang diamalkan sesuai fungsinya dan memberikan manfaat untuk orang banyak. Ilmu yang didapatkan akan menjadi percuma jika tidak dapat memberikan dampak perubahan yang signifikan untuk masyarakat. Mahasiswa juga sangat diharapkan dapat berperan sebagai motivator atau fasilitator dalam proses penyelesaian masalah maupun pengembangan masyarakat (Atmajanti et al., 2020).

Melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan menjadi salah satu upaya memutus rantai penularan dan penyebaran corona virus dan yang lebih penting lagi masyarakat sadar dengan kesehatan dan bersikap bijak pada kondisi yang terjadi terlebih pada daerah pedesaan. Edukasi new normal merupakan cara untuk mempersiapkan masyarakat agar lebih waspada dan memperhatikan kesehatan diri sendiri selama beraktivitas di luar rumah. Kegiatan sosialisasi kesehatan di beberapa daerah menjadi penting dalam rangka pemerataan informasi serta mengurangi angka penderita COVID-19 dan penularan penyebaran virus di masyarakat. Kegiatan ini bertujuan menanamkan kesadaran kepada masyarakat mengenai pentingnya protokol kesehatan untuk dipatuhi dan dilaksanakan. Edukasi dapat dilaksanakan secara daring atau online ataupun tatap muka yang juga tetap mematuhi protokol kesehatan terhadap masyarakat ataupun tokoh-tokoh perangkat desa tertentu (Di et al., 2021).

Nah lalu pada edukasi ini kita juga dapat  merujuk pada panduan yang diberikan oleh WHO. Yaitu mendemonstrasikan ketika mencuci tangan disarankan untuk menggunakan sabun dan air yang mengalir, terutama untuk pencegahan Covid-19. Pada mencuci tangan dengan baik dan benar ini, maka segala virus yang mungkin menempel di tangan akan hilang dan mengurangi kemungkinan seseorang terpapar oleh virus Covid-19. Dan juga termasuk didalamnya penerapan promosi kesehatan tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Atmajanti et al., 2020) .

Hal lain juga yang dapat dilakukan oleh mahasiswa keperawatan yaitu melalui pemberdayaan masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi untuk menggandeng masyarakat lainnya agar ikut patuh terhadap kebijakan ini. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara berupa membentuk relawan Covid-19 dari masyarakat yang berpendidikan tinggi sebagai edukator untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat lain. Edukasi yang dapat diberikan yakni mengenai Covid-19 dan pelaksanaan protokol kesehatan. Pemberian edukasi ini dapat memanfaatkan media sosial sebagai wadah edukasi apa lagi saat ini media sosial telah menjadi tempat persinggahan masyarakat dikala pandemi pada saat dimana hanya berdiam diri dirumah saja hingga pada era new normal saat ini. Pada pemberian edukasi juga perlu menggunakan teknik komunikasi yang tepat. Menurut teori komunikasi Model Berlo, salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian informasi adalah keterampilan komunikasi. Sebuah pesan akan mudah disampaikan apabila pemberi informasi memiliki keterampilan komunikasi yang baik (Sarjila. 2017). Pada penelitian Sarjila (2017) memperlihatkan bahwa dalam mendukung keterampilan komunikasi perlu menggunakan bahasa yang sederhana agar masyarakat mudah menerima informasi yang disampaikan. Pada penelitian Herbert (2016) juga menyatakan bahwa gaya bahasa yang tidak langsung dalam komunikasi kesehatan dapat mengurangi pemahaman masyarakat akan suatu penyakit atau kondisi yang ada (Fajriyah et al., 2021) .

Dalam situasi darurat kesehatan Covid-19, peran mahasiswa untuk mewujudkan new normal tidak dapat dikesampingkan. Mahasiswa dengan kemampuan yang dimilikinya dapat membantu pemerintah untuk mengedukasi masyarakat bahwa tatanan kehidupan new normal adalah kebijakan bersama. Kenormalan baru ini juga menjawab ketidaktahuan masyarakan selama ini, sehingga setelah dilakukannya edukasi atau pengabdian terhadap masyarakat mereka dapat memahami protokol apa saja yang dilakukan untuk dapat berdampingan dengan COVID-19. Mahasiswa keperawatan juga dapat menyarankan kepada masyarakat khususnya pada masyarakat pedesaan untuk mulai membiasakan diri selalu memakai masker saat di luar rumah, rajin mencuci tangan, menjaga jarak aman, dan bila memungkinkan dapat bekerja atau beraktivitas di luar rumah tetapi berdampingan dengan protokol kesehatan (Pendahuluan, 2020) .

Disarankan juga bagi pemerintah, hendaknya memberdayakan setiap mahasiswa sesuai dengan daerah masing – masing untuk menyampaikan informasi yang disebarluaskan di kalangan masyarakat sehingga informasi yang beredar di masyarakat dapat dipertanggung jawabkan mengingat mudahnya mengakses informasi-informasi pada media sosial yang kebenarannya terkadang masih diragukan (Pendahuluan, 2020) .

Sehingga  dalam pelaksanaan protokol ini tidak lupa untuk mengingatkan semua ini merupakan campur tangan dari sang maha kuasa. Menurut Taufik, (2020), Covid 19 merupakan bagian dari ujian dalam kehidupan, karenanya penting bagi mereka yang beriman kembali menguatkan keimanannya kepada ketetapan dan takdir Allah, dan apa yang menimpa manusia. Adapun sikap yang diajarkan islam bagi setiap muslim antara lain; tidak menjadikan isu Covid 19 ini semakin liar dengan memberikan pernyataan serta membagi informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Mengembalikan urusan covid ini kepada para ahli untuk memberikan informasi yang dapat diyakini keakuratannya. Sabar dan tabah dalam menghadapi ujian Allah, berbaik sangka kepada Allah, tawakkal serta ikhtiar menghindar dari penyakit dengan mengikuti protokol kesehatan. Menetapkan prioritas dalam menjalankan agama bahwa menolak kemudharatan didahulukan dibandingkan mendatangkan kemashlahatan. Menambah keyakinan akan keindahan dan kebenaran islam. Menjadikan waktu bekerja di rumah sebagai momen menjadikan keluarga sebagai tempat ternyaman, saling membantu sesama dan meningkatkan semangat menghadapi pandemi ini (Fajriyah et al., 2021).


Referensi:

  • Adon, M. J. (2021). Mahasiswa sebagai Agent of Changes dalam Mewujudkan New Normal sebagai Politik Bonum Commune di Masa Pandemi dalam Tinjauan Filsafat Politik Armada Riyanto. Sains Sosial Dan Humaniora, 5(1), 23–33.
  • Atmajanti, C. I., Richtiara, G. C., Khairunnisa I.S, K., Az-Zahra, D., Sophia, N. A., & Rahmawati, P. A. (2020). Edukasi Protokol Kesehatan New Normal Dan Pengenalan Dunia Bisnis Di Tengah Pandemi Covid-19 Melalui Media Sosial. Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Services), 4(2), 472. https://doi.org/10.20473/jlm.v4i2.2020.472-478
    Di, L., Kutuwetan, D., Jetis, K., & Jetis, V. K. (2021). Edukasi Tentang Covid-19 Dan Adaptasi Era New-Normal. 5(1), 11–19.
  • Fajriyah, N. N., Kartikasari, D., & Faradisi, F. (2021). Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Kepatuhan Protokol Kesehatan Tentang Kesigapan Menghadapi New Normal Tingkat Kelurahan/Desa di Kabupaten Pekalongan. Kajen, 5(1), 50–60. https://jurnal.pekalongankab.go.id/index.php/jurnalkabpekalongan/article/view/111
  • Hutagalung, A. B. Y., & Siagian, E. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan Covid-19 Terhadap Kecemasan Mahasiswa Keperawatan Yang Praktik Di Rumah Sakit. Nutrix Journal, 214(288), 35–47. http://ejournal.unklab.ac.id/index.php/nutrix/article/view/578
  • Pendahuluan, A. (2020). PENYULUHAN TERKAIT KENORMALAN BARU ATAU NEW NORMAL PADA MASA PANDEMI COVID-19 Suaka Insan , 2 STIKES Suaka Insan , 3 STIKES Suaka Insan B . METODE Metode yang digunakan adalah melalui google meeting . Dengan acara sebagai berikut : dalam meeting room Apli. 2(November), 2–5.
  • Pulungan, M. S. (2020). Jurnal at-taghyir. Jurnal At-Taghyir, 2(1), 291–308.

Leave a Comment