• Gangguan sirkulasi perifer-pusat, ekstremitas dingin
  • Nadi cepat dan halus
  • Tekanan darah renda
  • Vena perifer kolaps
  • Pernapasan cepat dan dangkal
  • Stridor, weezing, dan gejala sumbatan nafas
  • Perubahan mental pasien syok, pasien gelisah hingga tidak sadarkan diri,
  • Produksi urin berkurang
  • Nauesea dan vomating

Berdasarkan derajat keluhan, anafilaksis dapat dibagi dalam derajat ringan (sering dengan keluhan kesemutan perifer, sensasi hangat, rasa sesak dimulut, dan tenggorok. Dapat juga terjadi kongesti hidung, pembekakan periorbital, pruritus/gatal seluruh atau sebagai tubuh, dan mata berair. Gejala ini terjadi biasanya 2 jam setelah terpajan). Derajat sedang (semua gejala ringan ditambah dengan bronkospasme dan edema saluran pernapasan atau laring denan dispnea, batuk dan mengi. Wajah kemerahan, hangat, dan ansietas). Derajat berat (sangat mendadak dengan tanda-tanda gejala pada derajat ringan dan sedang, bronkspasme, edema laring, dispnea berat, dan sianosis, difagia, keram pada abdomen, muntah, diare, dan kejang-kejang)

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam merawat pasien/klien selama 1×24 jam (sehari penuh) tentunya memiliki peran penting dalam mengatasi masalah syok anafilaktif yang terjadi pada pasien. Penatalaksanaan atua penanganan syok anafilaktif dilakukan berdasarkan algoritama penatalaksanaan reaksi anafilaksis. Berikut penanganan syok anafilaktif yang dikuti dari presentasi seminar & workshop emergency Ns. Jajuk (Kepala Ruangan IGD RS Soetomo Surabaya)

Terapi medikamentosa (obat-obat yang dibutuhkan)

Adrenalin. Aminofilin, Anthistamin, dan Kortikosteroid. Adrenalin merupakan drug of choice dari syok anafilaktik. Adrenalin merupakan bronkodilator yang kuat, sehingga penderita dengan cepat terhindar dari hipoksia yang merupakan pembunuh utama. Adrenatil merupakan vaokonstriktor pembuluh darah dan intropik yang kuat sehingga tekanan darah dengan cepat naik kembali. Adrenalit adalah histamin bloker, melalui peningkatan produksi cyclic AMP sehingga produksi dan pelepasan mediator kimia dapat berkurang atau berhenti.

Terapi supportif:

  • Pemberian oksigen: jika laring atau brokospasme menyebabkan hipoksia pemberian oksigen 8-12 liter/menit harus dilakukan. Pada keadaan yang amat ekstrim tindakan trakeostomi atau krikotiroidektomi perlu dipertimbangkan.
  • Posisi trendelenburg: berbaring dengan kedua tungkai diangkat (diganjal dengan kursi) akan membantu menaikan venous return sehingga tekanan darah ikut meningkat.
  • Pemasangan infus: cairan plasma expander (Dextran) adalah pilihan utama guna dapat mengisi volume intravaskuler secepatnya. Jika cairan tersebut tak tersedia, RL atau NaCl fisiologis dapat dipakai sebaga cairan pengganti.
  • Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP): seandainya terjadi henti jantung (cardiac arrest).

Algoritma Penatalaksnaan Reaksi Anafilaksis

Referensi:

  • Jajuk Retnowati (Perawat IGD RS. Soetomo Surabaya). Syok Anafilaktik
  • Syamsul H. Salam (Baigan Ilmu Anastesis FK Unhas/RS dr. Wahidin S. Makasar). Penatalaksanaan Syok Anafilaksis.
  • http://www.alodokter.com/syok-anafilaktik