Gustinerz.com | Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang perawatan yang memiliki staf khusus dan perlengkapan yang khusus ditujukan untuk observasi, perawata, dan terapi pada pasien-pasien yang menderita penyakit akut, cedera, atau penyulit yang mengancam nyawa dengan prognosis yang diharap masih reversibel.
Pasien yang dirawat di ruang ICU / kritis memiliki keterbatasan aktifitas yang disebabkan oleh diagnosis, kondisi, dan peralatan yang terpasang, keadaan ini mengakibatkan terjadinya imobilisasi pada pasien di ICU.
BACA JUGA: Peran Perawat Dalam Memenuhi Kebutuhan Mobilisasi Pada Pasien
Masalah gangguan mobilitas fisik merupakan keterbatasan pada kemandirian, gerakan fisik pada tubuh, satu atau lebih ekstremitas (NANDA, 2014). Imobilisasi pada pasien kritis dapat menyebabkan gangguan psikologis, fisiologis, dan psikososial.
Dampak keadaan imobilisasi pada pasien di ICU antara lain adalah perubahan metabolisme (gangguan metabolisme endokrin, kalsium, dan gastro intestinal), perubahan pernapasan (risiko tinggi komplikasi pernafasan), perubahan kardiovaskuler (pembentukan trombus), dan perubahan muskuloskeletal (kehilangan kekuatan dan masa otot).
Untuk mencegah masalah diatas tidak terjadi pada pasien yang dirawat di ICU maka perlu adanya tindakan oleh perawat, salah satunya adalah tindakan mandiri melakukan terapi mobilisasi pada pasien. Mobilisasi yang dilakukan pada pasien kritis ada mobilisai progresif yang dilakukan secara bertahap. Pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada pasien merupakan tindakan dasar seorang perawat.
American Association of Critical Care Nurses (2009) telah menerbitkan protokol pelaksanaan mobilisasi progresif pada pasien di ICU yang terdiri dari 5 tahap/level. Pelaksanaan mobilisasi disesuaikan dengan keadaan pasien. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa mobilisasi progresif dapat memperbaiki fisiologis (oksigenasi, sirkulasi, dan neurologis) dan juga dapat mengurangi lama rawat pasien di ruang ICU. < Beranda
Sumber:
- Tesis Halida Handayani dengan Judul “Efek Mobilisasi Progresif Terhadap Perubahan Derajak Rentak Gerak Sendi & Kadar Asam Laktat” tahun 2017.