Oleh: Febryananda Polapa (Semester 5/A)

(tulisan ini dilombakan dalam kegiatan Dies Natalis Keperawatan UNG 2020)

Di masa pandemi ini, perawat merupakan salah satu garda terdepan penanganan Covid-19. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, perawat memberikan pelayanan terbaik yang terwujud dalam bentuk kesiapan bekerja di ruangan isolasi, berpisah sementara dengan keluarga, menggunakan APD (alat pelindung diri) lengkap selama jam kerja, memberikan asuhan keperawatan, dan lain sebagainya.

Perawat adalah profesi yang mulia. Dalam menjalankan tugasnya, perawat tidak hanya berfokus pada satu aspek saja, tetapi perawat dituntut untuk memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosio-spritual-kultural pasien secara menyeluruh. Ketika menjadi seorang perawat berarti individu harus mampu mengontrol emosi, mengesampingkan urusan pribadi, dan mengendalikan dirinya sendiri.



Dalam Review Article yang ditulis oleh Santoso (2020) terdapat beberapa respon perawat saat menangani pasien Covid-19. Perawat yang masih muda dan belum menikah cenderung lebih mudah untuk mengalami kecemasan dan depresi dibandingkan dengan perawat yang lebih senior. Hal tersebut dapat terjadi karena perawat yang lebih senior memiliki lebih banyak pengalaman dalam melakukan perawatan kepada pasien dan memiliki dukungan dari anggota keluarga. Perawat dengan latar belakang pendidikan tinggi biasanya akan memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap profesinya, tetapi akan lebih mudah merasa kecewa apabila hasil yang dicapainya tidak sesuai. Hal itu merupakan gejala dari kecemasan dan depresi.

Kesedihan juga dapat dirasakan oleh perawat yang bertugas menangani Covid-19 karena mendengar berita duka dari rekan sejawatnya. Sampai saat ini tercatat ada 282 Perawat dan Dokter yang meninggal akibat Covid-19 (Kompas.com).

Untuk menghidari hal tersebut, perawat membutuhkan dukungan internal maupun eksternal agar dapat terus memberikan pelayanan terbaiknya. Dukungan internal adalah dukungan yang berasal dari dalam diri si perawat itu sendiri, dukungan ini bisa dalam bentuk pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud adalah segala informasi yang berhubungan dengan penanganan pasien Covid-19, dengan pengetahuan yang dimiliki, perawat bisa meminimalisir ketakutan dan kecemasan yang ia rasakan.

Sedangkan untuk dukungan eksternal adalah segala bentuk dukungan yang berasal dari luar diri perawat. Pada 16 April 2020 NewsDetik.com memposting berita yang berjudul “Tenaga Medis RS Unair Punya Ruang Lepas Jenuh Usai Rawat Pasien Corona” dalam berita tersebut dijelaskan bahwa perawat dan dokter yang bertugas difasilitasi tempat tidur, TV, dan internet gratis oleh Rumah Sakit (RS). Perawat dan dokter juga saling bertukar cerita dan bercanda untuk mengurangi kejenuhan mereka. Sama halnya dengan yang dilakukan oleh Ners RSUI yang membuat Virtual Gathering dengan tema “Nurses Caring For Nurses, To Care For People” kegiatan ini bertujuan untuk memberikan semangat kepada seluruh perawat yang menangani pasien Covid-19.

Ketika perawat mampu mengendalikan dirinya sendiri, maka akan lebih mudah baginya untuk menjalankan tugas dan perannya sebagai seorang perawat.

Depresi dan kecemasan tidak hanya dialami oleh perawat, tetapi dialami pula oleh pasien Covid-19. Covid-19 merupakan penyakit baru, sehingga banyak orang yang belum mengetahui dan paham terkait bagaimana cara penularannya. Ketidaktahuan tersebut menjadikan Covid-19 ini sebagai sesuatu yang sangat menakutkan. Dan apabila seseorang terinfeksi penyakit ini, maka yang dipikirannya adalah dia tidak akan bisa sembuh kembali, tidak akan bisa bertemu dengan keluarga dan kerabatnya, serta takut akan pandangan buruk orang lain terhadapnya.

Sama halnya dengan perawat, pasien Covid-19 pun membutuhkan dukungan. Utama (2020) menjelaskan bahwa, “terjadi suatu perubahan fenomena besar pada era Covid ini, di mana umumnya Indonesia menganut model family empowerment yaitu saat keluarga dirawat, perlibatan keluarga itu sangat kental, namun pada era Covid-19 budaya ini berubah 100 % atau dapat dikatakan budaya pelibatan keluarga dalam asuhan di RS tidak bisa dilaksanakan karena adanya pembatasan untuk mencegah transmisi, dan pasien harus diisolasi sehingga tidak boleh ditungggu oleh keluarga”, yang berarti bahwa pasien covid-19 akan sulit bertemu dengan keluarganya, dan hanya akan berhubungan dengan perawat dan tenaga Kesehatan saja sampai dia sembuh.

Perawat diharapkan dapat terus mempertahankan sikap caring saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang terinfeksi Covid-19. Pasien bisa saja menunjukan perilaku yang tidak sesuai, tetapi dengan dibekali sikap Caring dan pemahaman terhadap kebudayaan pasien, diharapkan perawatlah yang harapannya dapat membuat pasien Covid-19 termotivasi untuk sembuh kembali dan tetap semangat dalam menjalankan perawatan di RS.

Tercatat dalam Voi.id (2020) para petugas RSUD Blambangan berinisiatif memberi hiburan kepada para pasien di ruang isolasi dengan cara mengajak pasien berkaraoke bersama. Awalnya memang mereka malu-malu. Namun Tindakan mereka membuat pasien terlihat gembira. Dengan posisi para pasien tetap duduk di tempat tidurnya masing-masing, sedangkan petugas menghampiri satu per satu tempat tidur sambil mengajak bernyanyi. Alasan mereka melakukan hal tersebut adalah untuk memberikan semangat agar pasien Covid-19 tetap optimistis. Mereka mendorong agar pasien Covid-19 fokus dulu pada kesehatannya agar imunitas tubuh terdongkrak, tidak perlu memikirkan stigma. Mereka juga meyakinkan bahwa penyakit ini bukanlah aib dan pasti bisa disembuhkan.

Kepada tenaga Kesehatan (khususnya perawat) diharapkan untuk tetap semangat dan ikhlas dalam menjalankan tugasnya. Seberat apapun beban kerja yang dirasakan, semoga bisa membuahkan hasil yang baik yaitu berupa kesembuhan pasien, dan menurunnya angka kematian akibat covid-19. Tetap saling menguatkan, dan berkolaborasi dengan seluruh pihak.

Untuk pasien Covid-19 yang saat ini masih berada dalam perawatan, keluarga anda sedang menunggu dirumah, kuatlah dan niatkan dalam hati untuk sembuh agar bisa berkumpul Kembali dengan mereka.
Untuk mahasiswa keperawatan yang saat ini sedang belajar dan memantaskan diri untuk menjadi perawat professional. Bersyukurlah dan lihatlah betapa beruntungnya anda diberikan kesempatan untuk menjadi salah satu bagian dari pekerjaan yang mulia ini.

Kepada seluruh masyarakat yang masih terbayang-bayang masa lalu, sadarlah bahwa dunia sudah berubah. Dunia yang saat ini berjalan adalah dunia yang sedang berperang melawan virus, sehingganya menggunakan alat pelindung diri adalah suatu hal yang wajib, hidup bersih dan sehat diharapkan menjadi rutinitas setiap orang.



dr Anita Jamin (kawalcovid19.id) mengatakan, “Masyarakat sering kali menyepelekan penyebaran COVID-19 dan sepertinya mulai bosan dengan PSBB dan protokol kesehatan yang didengungkan pemerintah. Kami ingin mereka tahu penderitaan pasien COVID-19 yang harus dirawat tanpa ditemani keluarga, menderita sesak napas sendirian, dan bila meninggal pun tidak ditunggui keluarga, apalagi dilihat jenazahnya untuk terakhir kali.”

Jelas sekali dalam menyikapi pandemic ini, mau tidak mau semua pihak harus beradaptasi dengan berbagai macam hal baru yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Bukan hanya perawat dan pasien covid-19, tetapi tenaga Kesehatan lainnya, pemerintah, bahkan masyarakat. Kita tidak tahu kapan pandemic ini akan berakhir, tidak perlu risau terkait hal itu. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah mempelajari hal-hal terkait Covid-19, pelajari penyakit seperti apa Covid-19 itu, bagaimana gejalanya, bagaimana cara penularannya dan bagaimana upaya pencegahanya. Karena dengan pengetahuan itu munculah peluang untuk berbuat baik kepada orang lain. Kita bisa melindungi diri kita, keluarga kita, dan orang-orang disekitar kita.


Sumber

  • Kawal Covid 19. Agustus 2020 Seri Pengawal Pagebluk: Suka Duka Merawat Pasien COVID-19 di RS Suyoto (https://kawalcovid19.id/content/1457/seri-garda-terdepan-suka-duka-merawat-pasien-covid-19-di-rs-suyoto)
  • Kompas.com. November 2020 IDI : Sejak Maret-November, 282 Dokter dan Perawat Meninggal Akibat Covid-19 (https://nasional.kompas.com/read/2020/11/10/14333001/idi-sejak-maret-november-282-dokter-dan-perawat-meninggal-akibat-covid-19)
  • News.detik.com Berita : Tenaga Medis RS Unair Punya Ruang Lepas Jenuh Usai Rawat Pasien Corona. Kamis, 16 Apr 2020 Esti Widiyana (https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4979512/tenaga-medis-rs-unair-punya-ruang-lepas-jenuh-usai-rawat-pasien-corona)
  • RSUI.ac.id. Virtual Gathering Ners RSUI “Nurses Caring For Nurses, To Care For People” September 2020 (https://rs.ui.ac.id/umum/berita/virtual-gathering-ners-rsui-nurses-caring-for-nurses-to-care-for-people)
  • Santoso, Teguh, Dwi Agustiana Sari, Junait, Anna Jumatul Laely. Kondisi Psikologi Perawat yang Memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Covid-19. Journal of Clinical Medicine Vol. 7 (1A) hal. 253-260 2020
  • Utama, Tuti, Sukmawati, Feni Eka Dianty. Pengalaman Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien terinfeksi Covid-19. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1 No. 2 2020
  • Voi.id Berita : Cara Petugas Medis Membunuh Jenuh Pasien COVID-19 yang diisolasi . 24 Apr 2020 (https://voi.id/berita/5145/cara-petugas-medis-membunuh-jenuh-pasien-covid-19-yang-diisolasi)

1 Comment

Leave a Comment