Esai oleh: RISDAYANTI (Semester 1C)

Setiap perguruan tinggi pastinya ingin menghasilkan insan cendekia, mandiri dan bernurani. Mahasiswa sebagai pemeran utama menghadapi era revolusi 4.0, maka dari itu mahasiswa harus mengembangkan potensinya semaksimal mungkin selama kuliah di kampus tidak hanya di bidang akademik namun juga dibidang non akademik. Dengan demikian integritas kemampuan  mahasiswa sangat menunjang sebagai kemampuan berfikir kritis mahasiswa. Tuntutan ini muncul seiring dengan kebutuhan akan kemampuan para pekerja di era informatika ini. Para pekerja yang memasuki tempat kerja harus benar-benar memiliki berbagai kemampuan yang menjadikan mereka pemikir system, pemecah masalah, pembuat keputusan secara mandiri, dan yang tak pernah berhenti sepanjang hidup mereka.

Sejak  Revolusi Industri Pertama pada tahun 1750-an, sistem kehidupan Kapitalisme Barat yang berbasis pada sistem pendidikan sekuler  memang telah sukses memproduksi berbagai jenis teknologi yang dapat dikelompokkan ke dalam empat gelombang revolusi industri.  Revolusi Industri Pertama (Industri 1.0) dimulai pada tahun 1753 yang ditandai dengan penggunaan mesin uap dalam sektor industri dan transportasi.  Revolusi Industri Kedua (Industri 2.0) dimulai pada 1870, ditandai dengan penggunaan mesin produksi masal (assembly line of otomotive industry), dan tenaga listrik (BBM).  Revolusi Industri Ketiga (Industri 3.0) dimulai pada 1969, ditandai dengan penggunaan teknologi informasi (mainframe computer) dan mesin otomasi.  Revolusi Industri Keempat (Industri 4.0) dimulai pada 2011, ditandai dengan penggunaan mesin, robot, Big Data, bioteknologi, dan material fisik yang terintegrasi melalui jaringan internet (Internet of Things), Cloud Computing, Blockchain, dan Artificial Intelligence (Schwab, 2017).

Teknologi mendukung pembelajaran mahasiswa keperawatan



Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini dapat dimanfaatkan sebagai pendukung dalam proses belajar mengajar didunia pendidikan tinggi terutama dipendidikan keperawatan. Penggunaan pembelajaran dalam jaringan (electroniclearning / e-learning) di lembaga pendidikan tinggi dan pendidikan kesehatan juga sudah banyak diterapkan dan telah menunjukkan efektivitas dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan (Abdelazis, et al,2011).

Kementerian Riset, teknologi, dan pendidikan tinggi (kemenristedikti) Republik Indonesia, selama beberapa waktu terus berupaya untuk menyusun pedoman dan menyediakan akses belajar bagi mahasiswa di wilayah nusantara (kemenristedikti,2017). Kemenristedikti, dalam hal ini berupaya menyajikan perguruan tinggi, dosen, dan konten pembelajaran yang bermutu dengan pendekatan teknologi informasi dan komunikasii guna meningkatkan efektifitas dan efesiensi pembelajaran mengingat besarnya wilayah geografis Indonesia yang menjadi hambatan pemerataan pendidikan berkualitas. Selain dengan pendidikan pengembangan teknologi dan informasi mahasiswa juga dituntut untuk meningkatkan integritas mahasiswa.

Seperti yang kita ketahui salah satu definisi dari integritas yaitu dengan menekankan konsistensi moral, keutuhan pribadi, atau kejujuran (di dalam bahasa akademik) (Jacobs,2004). Untuk pengembangan dan di dunia pekerjaan sekarang. Di dalam penelitian di bidang seleksi karyawan, tes terhadap integritas dilakukan dengan mengukur beberapa variabel yang diantaranya adalah kejujuran dan penalaran moral (berry, dkk, 2007). Kejujuran seakan menjadi bagian tak terpisahkan dari bahasan tentang integritas. Di dalam literatur tentang organisasi dan sumber daya manusia, integritas paling sering dikaitkan dengan kejujuran individu (Yulk & Van Fleet, 1992).

Integritas juga ditempatkan sebagai inti etika keutamaan yang digagas oleh Solomon (1992) dengan menyebut integritas tidak hanya tentang otonomi individu dan kebersamaan, tetapi juga loyalitas, keserasian, kerjasama dan dapat dipercaya. Meski demikian, apakah integritas dapat disamakan dengan kejujuran ataukah sifat dapat dipercaya? Lain lagi, DeGeorge (1993) berpendapat bahwa bertindak dengan integritas dan beratindak etis adalah sinonim, meski secara literal tidak ada konotasi moral di dalamnya.

Pada setiap perguruan tinggi pasti menginginkan semua mahasiswanya selain cerdas dalam bidang akademik dan juga non akademik serta memiliki integritas yang tinggi untuk meningkatkan kualitas diri dan semakin membawa nama baik perguruan tinggi. Intergrasi sering dalam konteks perilaku, dan perilaku integritas pada umumnya dipahami dalam kaitannya dengan etika dan moral (carter,1996, dalam supriyadi, 2012).

Penggambaran seseorang yang berintegritas adalah dengan menggambarkan perilaku orang tersebut. Perilaku yang berintegritas di antaranya: jujur, kosisten antara ucapan dan tindakan, mematuhi peraturan dan etika berorganisasi, memegang teguh komitmen dan prinsip-prinsip yang diyakini benar, bertanggung jawab atas tindakan, keputusan, dan resiko yang menyertainya, kualitas individu untuk mendapatkan rasa hormat dari orang lain, kepatuhan yang konsisten pada prinsip-prinsip moral yang berlaku di masyarakat, kearifan dalam membendakan benar dan salah serta mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Indicator perilaku ini menggambarkan bahwa harapan terhadap seseorang yang berintegritas adalah seseorang yang dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Pada keperawatan sendiri integrasi sangat perlu diterapkan dan di tanamkan dalam diri perawat karena profesi perawat yang secara langsung berhadapan dengan banyak pasien untuk perawat yang memiliki integrasi tinggi pasti mampu menjalankan kewajiban sebagai perawat dengan baik. Perawat harus melek terhadap teknologi informasi dan mengutamakan keselamatan pasien untuk meningkatkan mutu layanan terhadap pasien, kompetensi ini juga harus dimiliki tenaga medis lainnya.

Karakter perawat di era 4.0

Pakar spiritual mindfulness Dr. Meidiana Dwidiyanti, SKp, MSc mengatakan di era industri 4.0 perawat professional diharapkan tetap memiliki empat karakter dalam menghadapi pasien. Keempat sikap itu adalah hayyin (rendah hati), layyin (lemah lembut), qaribin (mudah diakrabi), dan sahlin (senang memudahkan urusan orang lain). Implementasi spiritual mindfulness perlu dilakukan perawat dalam menangani pasien. Ketika pasien sakit, tidak hanya aspek fisik saja yang perlu diperhatikan, namun juga aspek spiritual. Sebab aspek spiritual juga menjadi factor pendukung untuk akselerasi kesembuhan pasien. Semoga di era revolusi 4.0, terapi komplementer dapat diaplikasikan secara optimal khususnya calon perawat professional, yaitu mahasiswa keperawatan.

Dari revolusi pertama 1.0 sampai revolusi 4.0 perkembangan  revolusi ke revolusi selalu terjadi  maka dari itu untuk menyeimbangkan diri dengan keadaan dunia sekarang kita lebih dituntut untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan kita untuk menerima semuanya dan mampu bersaing  dengan orang lain. Dalam dunia kesehatan, sekarang lebih canggih mulai dari obat obatan hingga alat alat kesehatan dan mulai berkembangnya teknologi dengan pembuatan robot nurse sebagai tenaga pembantu atau bisa menggantikan tenaga manusia apabila perawat tersebut tidak dalam menjalankan tugasnya sebaik mungkin, maka dari itu integrasi pengetahuan dan kerja perawat harus lebih di tingkatkan dan di kembangkan agar seorang individu dapat menjaankan perannya dan mendapakan tempat di dunia pekerjaan. Penerapan integrasi pada mahasiswa sangat berpengaruh terhadap dunia pekerjaan di dunia mendatang karena bila penanaman karakter tidak dibentuk dari sekarang maka seorang individu tersebut lebih susah dalam mengembangkan kemampuannya di dunia pekerjaan atau dalam revolusi industri 4.0 yang kini terus berkembang.

Mengetahui keadaan dunia sekarang yang sedang berada di era revolusi industri 4.0 tentunya kita sebagai mahasiswa harus mampu meningkatkan integrasi diri untuk menghadapi dunia sebenarnya agar dapat bersaing di era ini. Pada mahasiswa keperawatan sendiri  antara caring etika dan integrasi kemampuan serta pengetahuan kita harus lebih meningkatkan semuanya karena apabila pelayanan dan pengetahuan kita  tidak kita tingkatkan maka kita akan digantikan oleh penemuan yang semakin canggih dalam dunia keperawatan contohnya robot nurse atau robot perawat.


Sumber:

  • Redjeki Sri Prawani Dwi, Heridiansyah Jefri. (2013). Memahami sebuah konsep integritas. Jurnal Stie Semarang, 5(3), 2252-7826.
  • Dermawan, D. (2012). Proses keperawatan : penerapan konsep dan kerangka kerja.Yogyakarta : Gosyen Publishing.

38 Comments