Esai oleh: MILENIATRI ARTAFITRI (Semester 5C)

Dengan adanya teknologi yang cangih di era moderen ini, akan muncul teknologi-teknologi baru yaitu robot-robot yang akan menggantikan pekerjaan manusia terutama robot untuk kesehatan, berupa robot perawat/robot nurse yang akan menggantikan fungsi perawat kedepannya tentunya ini menjadi ancaman dan mempersempit perawat untuk mendapatkan pekerjaannya dan akan menambah angka pengangguran perawat di Indonesia menjadi naik karena peran mereka sudah digantikan oleh robot nurse  di era revolusi industri 4.0 ini.

Di Indonesia sendiri ada sekitar 31.150 perawat yang menggangur.
Bagi profesi keperawatan, kehadiran robot menimbulkan dilema tersendiri, dengan adanya robot perawat, proses pelayanan keperawatan dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan lebih akurat. Sehingga perawat akan menjadi tidak dihargai karna kegunaan perawat lebih digantikan dengan robot. Media memainkan peran penting dalam pencitraan profesi keperawatan.



Dalam beberapa tahun, media telah mengacu bahwa sebuah mesin yang memainkan peran dalam pelayanan kesehatan adalah perawat, baik robot  atau pun manusia.  Namun pengertian robot tidaklah dipahami secara sama oleh setiap orang, sebagian membayangkan robot adalah pengganti perawat dan menyerahkan segala tugas kepada robot. Sedangkan perawat adalah sebuah profesi yang hanya bisa dilakukan oleh manusia dengan memiliki jenjang pendidikan tinggi formal. Perawat memandang manusia sebagai unsur yang holistik tidak terpisahkan antara fisik dan psikologisnya. Unsur holistik mencakup bio-psiko-sosio-spiritual yang tidak bisa dicakup oleh robot secanggih apapun.

Pada awalnya robot perawat diciptakan untuk menolong pasien yang cacat fisik. Tahun 1986 pertama kali robot perawatan (The Nursing Robot) diluncurkan, robot tersebut mampu melakukan kegiatan yang sederhana seperti mengambilkan segelas air untuk pasien yang cacat fisik (Borenstein, 1995). Sedangkan dalam dunia keperawatan, kehadiran perawat tidak hanya dalam bentuk fisik, melaikan juga komunikasi dan empati.

Pentingnya komunikasi terapeutik perawat

Komunikaasi dan empati yang akan bersifat terapi bagi pasien, penggunaan komunikasi tersebut menggunakan nada suara sopan dan lembut, serta senantiasa memberi motivasi kepada pasien. Bersedia mendengarkan keluh kesah pasien, menunjukkan perhatian penuh dapat menimbulkan ketertarikan perawat sehingga dapat membantu pasien mencari cara untuk mendapatkan kesembuhan, itulah makna kehadiran perawat lebih penting dibandingkan robot bagi pasien.
Mengembalikan Fungsi Perawat

Tenaga keperawatan harus cerdik mencari cara dalam menepis isu bahwa robot menggantikan fungsi perawat seutuhnya. Bagaimana caranya? Tenaga keperawatan perlu disiapkan sejak dini, sejak mahasiswa. Sejak mahasiswa calon tenaga keperawatan wajib dipahamkan akan tanggung jawab dan tugas yang begitu besar. Sadar bahwa petugas kesehatan bukan sekedar main-main, namun perlu di didik dengan sungguh dengan agar siap berkontribusi di era 4.0. Calon perawat harus paham apabila tidak belajar tidak mencari informasi teraktual, tidak membekali dirinya dengan caring dan komunikasi yang baik, maka akan tertinggal.

Untuk membuat peran perawat lebih dipertahankan, perawat perlu menitik beratkan pada pengetahuan yang lebih memperdalam pada komunikasi teraupetik perawat. Di dunia kesehatan, perawat menjadi salah satu terapi yang membuat pesien memperoleh kesembuhan, kecanggihan dari media takkan mampu menggantikan terapi perawat, komunikasi teraupetik yang diawali dari orientasi atau perkenalan diri antar perawat dan pasien akan membuat pasien dihargai hingga tindakan yang menanyakan keadaan nyeri pada saat perawat  melakukan tindakan sampai pada validasi perasaan yang perawat lakukan akan membuat pasien menjadi lebih baik. Senyum perawat, menyapa pasien hingga caring yang dilakukan perawat akan timbul dari diri perawat, bila itu tidak diperdalam dan hanya disepelekan akan menjadi ancaman yang membuat fungsi perawat itulah yang digantikan dengan alat-alat canggih hingga tercipta robot-robot dengan kemampuan sama dengan manusia.


Sumber:

  • Carpintero, E et all. 2010. Development of a Robotic Scrub Nurse for the Operating Room.     International Conference on Biomedical Robotic and Biomechantronics. Jepang
  • Henneman,EA. 2010. Patient Safety and Technology. Critical Care Nurse Journal. America

3 Comments

  • Menurut saya sangat setuju dengan penjelasan di atas karena jika profesi perawat di ganti dengan robot akan sangat di sayangkan karena belum tentu yang dilakukan manusia kepada setiap pasien yang mereka rawat itu dapat dilakukan robot tersebut karena yang saya tahu robot itu tidak memiliki empati ataupun simpati terhadap manusia karena mereka sudah di program hanya untuk melakukan apa yang di suruh oleh penciptannya sedangkan perawat (manusia) mereka memiliki empati maupun simpati tersebut yang bisa digunakan dalam merawat sebuah pasien.